Oleh : Albesya Iqbal
Mari kita sama-sama menghela napas sejenak. 2020 memang
tahun yang berat. Mungkin tidak pernah ada yang memprediksi (kecuali Bill Gates
mungkin?) bahwa efek dari pandemi ini akan semenyakitkan dan semenyeramkan ini.
Tapi sekarang, saatnya lupakan Gates dan berbagai macam teori konspirasi yang
sliweran kesana kemari. Kali ini saatnya kita membahas yang ringan-ringan saja.
Andai masih ingat akan awal kemunculan pandemi ini di
Indonesia. Pandemi tersebut menyebabkan lahirnya beberapa peraturan baru dan
imbauan dari pemerintah yang tujuannya selaras, yakni untuk menekan laju
penyebaran COVID-19 ini. Dua di antara peraturan dan imbauan itu yakni
penangguhan perizinan untuk keramaian, serta anjuran untuk social-distancing
dan melakukan self-quarantine.
Berbicara mengenai sektor industri musik, tentunya
penangguhan perizinan untuk keramaian mengakibatkan banyaknya gelaran musik yang
terpaksa ditunda atau bahkan batal. Entah itu di level makro maupun mikro,
semuanya hampir merasakan nasib yang sama.
Dengan terhentinya gelaran-gelaran musik, otomatis pemasukan
kas dari para musisi juga ikut terhenti. Belum lagi, ditambah dengan anjuran
untuk social-distancing, self-quarantine, dan yang belakangan muncul, PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Tidak lama setelah bermunculannya tagar #DiRumahAja, banyak
musisi yang akhirnya memutuskan untuk memeras otak lebih keras dan akhirnya memunculkan
banyak sekali kreasi konten-konten dan aktivasi melalui akun media sosial
mereka.
Dalam rentang waktu hampir 3 bulan, hadir beberapa gelaran
musik yang diselenggarakan secara digital. Nama-nama seperti Pamungkas,
Navicula, dan Bonita adalah nama-nama yang terbilang lebih dulu mengadakan
gelaran musik digital saat pandemi ini menghantam Indonesia. Hingga kini, di
tiap minggunya pun ada saja musisi maupun band yang menyelenggarakan gelaran
musik digital tersebut, tentu dengan konsepnya masing-masing.
Walau berat, namun rupanya pandemi ini tidak menyurutkan
semangat dari kawan-kawan musisi untuk tetap berkarya dan terus produktif.
Setelah sedikit kilas balik, kali ini bahasan akan bergeser
kepada deretan musisi maupun band yang merilis lagu khusus dengan tema yang
‘nyerempet’ mengenai seputar pandemi ini. Mulai dari lagu pengiring cuci tangan
yang baik, hingga ungkapan semangat kepada sesama manusia dan para pekerja
medis. Berikut beberapa diantaranya:
The Panturas – “Buku Babi”
Setelah sempat membuka donasi yang disalurkan kepada para
pekerja medis, pertengahan April lalu mereka merilis sebuah lagu yang
sepertinya membingungkan apakah bisa masuk kedalam kategori sebuah lagu atau
tidak.
Berjudul “Bulu Babi”, lagu ini hanya berisi alunan instrumental
tanpa vokal serta dengan durasi yang super pendek, yakni 20 detik saja! Lagu
ini sudah direkam beberapa tahun lalu dan sempat dipertimbangkan untuk masuk ke
dalam album “Mabuk Laut”, namun hal tersebut urung terjadi. Mereka juga
mengungkapkan bahwa lagu tersebut tidak mengandung pesan apapun yang ingin
mereka sampaikan.
Sebagai tambahan, lagu super singkat ini akhirnya dirilis
dengan ‘woro-woro’ agenda untuk menjadi teman cuci tangan sesuai anjuran WHO,
yakni 20 detik. Pas dengan durasi si “Bulu Babi”.
Simak video klip dari “Bulu Babi” di sini:
Heruwa ‘Shaggydog’ – “Dendang Harapan”
Pentolan Shaggydog ini merilis sebuah lagu berjudul “Dendang
Harapan” pada April lalu. Dirinya turut mengajak sang istri untuk berkolaborasi
di lagu ini. Sesuai dengan judulnya, “Dendang Harapan”, Heru bercerita bahwa
lagu ini berisi serangkaian pengharapan, serta “Berharap terang segera
menyeruak dari balik gelap”.
Simak “Dendang Harapan” dari Heru “Shaggydog” di tautan
berikut:
Hindia – “Ramai Sepi Bersama”
Diproduseri oleh Rayhan Noor, lagu “Ramai Sepi Bersama” dari
Hindia ini merupakan salah satu kerja sama antara dirinya dengan IM3 Ooredoo
dalam rangka kampanye bulan Ramadhan yang mereka kerjakan semasa awal
karantina.
Simak “Ramai Sepi Bersama” melalui tautan berikut:
Dialog Dini Hari – “Kulminasi II” dan “Garis Depan”
Yang satu ini sangat menarik untuk disimak dan sayang untuk
dilewatkan. Pada pertengahan April lalu, Dialog Dini Hari (selanjutnya ditulis
dengan DDH) merilis sebuah lagu yang berjudul “Kulminasi II”.
Mereka juga membuka pre-order t-shirt official dari lagu
tersebut dengan 50% keuntungan yang didapat akan disumbangkan untuk membuat APD
dan disalurkan kepada tenaga kesehatan inisiasi teman-teman mereka di Bali,
dengan dukungan Bale Bengong & Taman Baca Kesiman.
Dengarkan “Kulminasi II” di tautan berikut:
Sementara, 8 Mei lalu mereka kembali merilis sebuah lagu.
Berjudul “Garis Depan”, lagu ini ditujukan untuk teman-teman pekerja dan tenaga
medis yang berjuang di garis depan. Video klip dari “Garis Depan” juga sudah
bisa disaksikan melalui kanal YouTube Dialog Dini Hari.
Sumber : pophariini.com